Skip to main content

PROSEDUR dan manual MICROTRAINING (Attending, Empati, Refleksi, Eksplorasi, Praphrasing, Bertanya Membuka Percakapan, Dorongan Minimal, Interpretasi, Mengarahkan dan






KATA PENGANTAR

اَلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهِ وَ حْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَمَّا بَعْدُ.
Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah yang penulis buat ini berjudul Manual dan Prosedur Microtraining  (Attending, Empati, Refleksi, Eksplorasi, Praphrasing, Bertanya Membuka Percakapan, Dorongan Minimal, Interpretasi, Mengarahkan dan Menyimpulkan Sementara) dibuat berdasarkan hasil penyusunan data-data yang diperoleh dari berbagai buku referensi yang berkaitan dengan mata kuliah Komunikasi Konseling, serta berbagai informasi dari berbagai sumber lainnya.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Thohurotul Ula, M.Pd.I  selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Konseling yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, juga semua aspek sehingga makalah ini dapat sampai kepada pembaca.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan seluruh pembaca. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik  dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini menuju lebih baik. Aamiin.

Yogyakarta, Oktober 2016

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR        i
DAFTAR ISI        ii
BAB I  : PENDAHULUAN        1
A.    Latar Belakang        1
B.    Rumusan Masalah        1
C.    Tujuan Penulisan        1
BAB II : PEMBAHASAN        2
A.    Pengertian Microtraining        2
B.    Pengertian Manual dan Prosedur Microtraining        2
C.    Tahapan-tahapan Manual dan Prosedur Microtraining        2
BAB III : PENUTUP        27
A.    Kesimpulan        27
B.    Kritik dan Saran        27
DAFTAR PUSTAKA        28



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seorang konselor yang profesional memiliki latar belakang kepribadian, pendidikan, dan keterampilan yang handal. Mengenai kepribadian dan pendidikan calon konselor telah diterangkan pada bagian sebelumnya. Pada bagian ini penulis akan menjelaskan tentang penguasaan teknik-teknik konseling yang harus dikuasai oleh seorang konselor.
Pada umumnya untuk menguasai teknik atau keterampilan konseling, seorang konselor harus melalui berbagai latihan, yaitu microcounseling dan microtraining. Kedua jenis latihan ini harus dilakukan secara berurutan, yaitu setelah sebagian teknik dikuasai dalam latihan mikro, konsleor harus melanjutkan dengan latihan makro. Oleh karena itu penting bagi calon konselor menguasai teori-teori konseling yang ada. Karena dalam melaksanakan konseling, pemahaman mendalam tentng teori-teori yang berkaitan dengan konseling sangat penting bagi kosnelor agar dapat memberikan bantuan kepada konseli dengan maksimal.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dengan microtraining?
2.    Apa pengertian dari manual dan prosedur microtraining?
3.    Jelaksan tahapan-tahapan manual dan prosedur microtraining?

C.    Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian microtraining?
2.    Untuk mengetahui pengertian manual dan prosedur microtraining?
3.    Untuk mengetahui tahapan-tahapan manual dan prosedur microtraining?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Microtraining
Latihan microcounseling atau microtraining adalah suatu cara memberikan penguasaan teknik-teknik konseling tunggal kepada calon-calon konselor. Setiap teknik konseling dilatihkan satu persatu secara bertahap sehingga calon-calon konselor dapat memahami manual dan prosedur dari microtraining itu sendiri. Latihan dilengkapi dengan perekaman video dan tape recorder.
Pada akhir latihan diadakan evaluasi dan diskusi setelah menonton atau mendengar kaset video dan rekaman suara. Pengamat dan pembimbing memberikan pula penilaian dan masukan untuk bahan diskusi.

B.    Pengertian Manual Dan Prosedur Microtraining
Manual dan prosedur microtraining merupakan panduan latihan sistematis yang meliputi : latar belakang atau rasional, tujuan, materi, tingkat pencapaian (achievement level), proses/prosedur latihan, dan evaluasi.
Satu persatu teknik konseling yang dianggap penting akan diberikan manual dan prosedur latihannya.

C.    Tahapan-tahapan Manual Dan Prosedur Microtraining
1.    Perilaku Attending (Menghampiri Klien)
a.    Rasional
Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen-komponen perilaku nonverbal, bahasa lisan, dan kontak mata. Karena komponen-komponen tersebut tidak mudah, perlu dilatihkan bertahap dan terus menerus.
Perilaku attending yang ditampilkan konselor akan mempengaruhi kepribadian klien yaitu:
1)    Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghargai klien. Karena dihargai, maka merasa harga diri ada atau meningkat.
2)    Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana aman bagi klien, karena klien merasa ada orang yang bisa dipercaya, teman untuk berbicara, dan merasa terlindungi secara emosional.
3)    Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.
b.    Tujuan
Latihan mikro perilaku attending (penampilan) bertujuan agar calon konselor dapat memperlihatkan penampilan yang attending di berbagai situasi hubungan interpersonal secara umum, khususnya dalam relasi konseling dengan klien.
c.    Tingkat Pencapaian
1)    Calon konselor dapat mengidentifikasi perilaku attending yang baik dan yang kurang baik.
2)    Calon konselor dapat menggunakan perilaku attending yang baik di berbagai hubungan interpersonal terutama konseling.
d.    Materi
1)    Posisi pengawakan badan yang terdiri dari posisi tubuh, jarak konselor-klien, sikap duduk.
2)    Keadaan muka yaitu keadaan ekspresi wajah, keadaan kontak mata.
3)    Tangan dan lengan yang terdiri dari variasi gerakan tangan/lengan, menggunakan tangan sebagai isyarat, menyentuh, melakuan gerakan sebagai penekanan.
4)    Mendengarkan, yaitu bagaimana konselor mendengarkan kepada klien, apakah dia melakukan diam pada saat tertentu, dan bagaimana perhatiannya terhadap klien.

e.    Prosedur atau Proses Latihan
Sebelum diadakan latihan maka prosedur latihan harus dipahami oleh semua peserta.
1)    Pelatih atau pembimbing memberikan informasi tentang latihan secara rinci, dan kemudian memberikan motivasi kepada peserta agar mengikuti latihan dengan minat dan perhatian yang sungguh-sungguh.
2)    Membentuk pasangan-pasan gan peserta, untuk mengadakan permainan peran dalam konseling mikro
3)    Setiap pasangan tadi melakukan kegiatan-kegiatan yang diinstruksikan oleh pelatih yaitu:
-    Pertama, duduk saling membelakangi, kemudian seorang berbicara dan lainnya mendengaran dengan perhatian. Kemudian dilakukan latihan sebaliknya (memperhatikan keadaan muka, kepala, kontak mata, posisi tubuh, keadaan tangan dan bagaimana perhatiannya).
-    Kedua, duduk berhadapan. Seseorang berbicara dan yang lainnya mendengarkan dengan perhatian, dengan memperhatikan hal-hal diatas tadi.
-    Ketiga, duduk menyamping, sama dengan di atas.
-    Keempat, duduk berhadapan, sedangkan peserta yang satunya memalingkan mukanya. Bagaimana reaksi peserta kedua?
-    Kelima, duduk berhadapan, saling melakukan kontak mata.
-    Keenam, duduk berhadapan peserta pertama berbicara melakukan kontak mata, dan yang lain mendengarkan, dan memperhatikan.

Peserta I                            Peserta II
(Konselor)                            (Klien)
                           

                Attending*


                                    Pengamat 1

Pengamat 2

       Pembimbing                         Pengamat 3



Keterangan :               
- Ra
*Bahasa tubuh konselor
Bahasa Lisan:
-    Ramah
-    Berdiri
-    Senyum
-    Bersalaman     “Silahkan masuk”, gembira sekali saya dapat bertemu”











Bagan 9.1 : Prosedur Microtraining Teknik Attending

4)    Mengadakan diskusi yang dipimpin oleh pembimbing dengan materi masalah yang ditemukan oleh masing-masing peserta tentang penampilan pasangan tadi.
5)    Mengadakan evaluasi apakah manfaat latihan bagi peserta untu tugas dan pergaulannya.
6)    Membentuk kelompok tiga orang, konselor-klien-pengamat. Konselor memerankan posisi duduk, ekspresi muka, gerak tangan, kontak mata, perhatian, mendengarkan, dan berbicara.
7)    Pengamat dan penonton berdiskusi dan menilai penampilan calon konselor.
8)    Tugas rumah: setiap peserta bersama pasangannya atau teman lain melakukan praktik di rumah, merekam, dan membuat laporan.
9)    Untuk kelancaran tugas latihan, pelatih, pembimbing, pengamat, dan penonton, diberi lembar evaluasi latihan. Dengan memberi tanda cek (baik, sedang, kurang), pada lembar evaluasi tersebut, maka akan dapat diketahui tingkat keberhasilan seorang peserta.
Berikut ini dikemukakan model lembar evaluasi perilaku attending calon konselor.
NAMA PESERTA:……………...……………TANGGAL:………….………..
No    Aspek yang Dinilai    Pengamat I    Pengamat II    Pembimbing
I    MUKA
1.    Ekspresi wajah
2.    Mata            
II    KEPALA
1.    Anggukan
2.    Posisi           
III    POSISI TUBUH
1.    Pengawakan tubuh
2.    Jarak ko-kl
3.    Posisi duduk           
IV    TANGAN/LENGAN
1.    Variasi gerakan
2.    Isyarat
3.    Menyentuh
4.    Gerakan untuk menekankan ucapan           
V    MENDENGARKAN
1.    Kesabaran
2.    Diam
3.    Perhatian           
Tabel 9. 1: Model Lembar Evaluasi

Catatan :
Penilaian dengan menggunakan hurup B (baik), S (sedang), dan K (kurang)

Untuk mengetahui baik atau kurang aspek-aspek yang dinilai, maka berikut ini dikemukakan mana aspek yang baik dan mana aspek yang dianggap kurang yang ditampilkan seorang peserta latihan.
Penampilan dengan menggunakan kriteria baik artinya bahwa calon telah menampilkan perilaku attending sesuai dengan asumsi teoritis yang dibutuhkan oleh klien. Suatu penampilan konselor yang attending tentu akan membuat klien senang, betah, dan mau terlibat dalam pembicaraan dengan konselor secara terbuka.

NO    ASPEK    BAIK    TIDAK BAIK
I.    MUKA
1.    Ekspresi wajah
2.    Mata    
Cerah, ceria, tenang
Melakukan kontak mta, alamiah/spontan, melihat saat yang lain berbicara   
Kaku, muram, melamun
Mengalihkan pandang, terutama saat yang lain berbicara
II.    KEPALA
1.    Anggukan/ geleng


2.    Posisi   
Melakukan anggukan jika setuju, menggeleng jika tak setuju
Tegak    
Kaku


Miring/ke belakang/menunduk
III.    POSISI TUBUH
1.    Pengawakan tubuh
2.    Jarak
3.    Posisi duduk   
Agak condong ke arah klien
Agak dekat ke klien
Akrab, berhadapan, atau menyamping   
Tegak/kaku, bersandar atau miring
Menjauh
Berpaling, kurang akrab

IV.    TANGAN/LENGAN
1.    Variasi gerakan

2.    Isyarat
3.    Menyentuh
4.    Gerakan untuk menekankan ucapan   
Gerakan berubah-ubah sesuai keadaan
Digunakan
Jika perlu
Untuk menekankan ucapan konselor   
Kaku, monoton

Tidak bertujuan
Tak karuan
Tanpa makna


V.    MENDENGARKAN
1.    Kesabaran

2.    Diam
3.    Perhatian   
Sampai ucapan klien selesai
Menanti saat yang tepat
Terarah lawan bicara   
Memutus pembicaraan klien
Berbicara terus tanpa diam
Terpecah, buyar
Tabel 9. 2: Perilaku Attending Konselor
2.    Empati
a.    Rasional
Kehidupan dunia dalam klien merupakan rahasia yang sulit untuk ditembus. Bahkan keadaannya begitu berlapis. Klien yang kita hadapi sering tampil hanya dipermukaan saja, dan jarang menampilkan dunia dalam mereka. Kecuali terhadap orang yang sangat dipercayai.
Orang yang dipercayai oleh klien adalah yang memahami dan dapat merasakan perasaan, pengalaman, serta pikiran klien. Konselor yang empati mudah memasuki dunia dalam klien sehingga klien tersentuh dengan sikap konselor. Akhirnya klien akan terbuka dengan jujur terhadap konselor.
Seorang calon konselor harus dilatih agar peka terhadap perasaan klien, memahami pikirannya, dan mampu merasakan perasaan dan pengalaman klien. Untuk mencapai hal tersebut maka dilatihkan teknik empati. Latihan tersebut mencakup ungkapan perasaan konselor mengenai perasaan, pengalaman, pikiran (keadaan dunia dalam klien) baik dengan cara biasa (primary empathy-PE) maupun dengan cara yang lebih mendalam/menyentuh (advance accurate empathy-AAE).
b.    Tujuan
Latihan empati bertujuan agar calon konselor mampu memasuki dunia dalam klien melalui ungkapan-ungkapan empati (PE dan AAE) yang menyentuh perasaan klien. Jika demikian keadaannya maka klien akan terbuka dan mau mengungkapkan dunia dalamnya lebih jauh baik terbentuk perasaan, pengalaman, dan pikiran.







    Peserta I                PesertaII
    (konselor)                (klien)
                  Primary
             Empathy*



               
Pembimbing                1      2     3
                    Pengamat

    F
    A C
    C O
    I  N
    L D
    I  I
    T T
    A I
    T O   
    I  N
    V
    E   







Bagan 9.2: Prosedur Microtraining Teknik Empati Primer
c.    Materi
1)    Latihan mengosongkan diri calon konselor dari perasaan dan pikiran egoistik, dan masuk ke dalam diri klien dengan merasakan apa yang dirasakan klien, berpikir berasama klien dan bukan merasakan dan memikirkan tentang klien.
2)    Melakukan empati primer (PE) dengan mengungkapkan
-    “Saya dapat merasakan apa yang anda rasakan”
-    “Saya memahami apa yang telah anda lakukan”
-    “Saya mengerti apa yang anda inginkan”
3)    Melakukan empati tingkat tinggi (AAE) dengan mengatakan
-    “Saya ikut terluka dengan penderitaan anda. Namun saya juga bangga dengan kemampuan daya tahan anda.”
-    “Saya seperti hadir di sana saat anda mengalaminya, saya bangga dengan keberhasilan anda.”
-    “saya ikut terhina dengan pengalaman keji yang anda alami namun saya salut terhadap keuletan anda membela kebenaran.”
-    “Saya ikut kecewa dengan perlakuannya terhadap anda, namun saya yakin anda masih mempunyai iman utuk melupakannya.”
Contoh :
Kl: “Orang tua terutama ayah amat benci dan terpukul dengan kejadian ini. Beliau bahkan telah mengusir saya. Namun di pihak lain Roni tidak mau bertanggung jawab dengan perbuatannya. Dia memaksa saya untuk menggugurkan jabang bayi ini. Hati nurani saya tidak tega, bayi ini mesti hidup, dan dia tidak bersalah.”
Ko: “Saya tidak terluka dengan penderitaan saudari. Namun saya sangat salut dan menghargai sikap kemanusiaan anda yang tinggi terhadap calon bayi itu.”

4)    Proses Latihan
-    Siapkan pasangan-pasangan peserta dan pengamat. Setiap pasang mempelajari dialog-dialog empati yang sudah disiapkan oleh pembimbing.
-    Pelatih/pembimbing menjelaskan materi dan proses latihan.
-    Menonton video empati (kalau ada)
-    Pasangan –pasangan peserta berperan sebagai konselor dan klien. Konselor mengosongkan diri dari sifat egois dan melihat ke dunia dalam klien.
-    Konselor dan klien melakukan dialog empati.
-    Pengamat mengamati perilaku verbal dan nonverbal konselor.
-    Diadakan diskusi dan evalusi bersama hasil pengamatan para pengamat, pembimbing, dan kelas. Pembimbing dan pengamat mengevaluasi dengan menggunakan alat evaluasi.
    Evaluasi berkisar pada aspek. Perilaku attending (verbal dan nonverbal), kemampuan melakukan teknik empati primer (primary empathy) dan empati tingkat tinggi yang akurat (advancd accurate empathy).
    Dalam melakukan teknik empati pengamat harus secara tajam mengamati bahasa tubuh konselor. Jika bahasa tubuhnya dilakukan dengan baik, maka akan menunjang terhadap teknik empati. Selanjutnya akan membantu klien terbuka dan terlibat didalam hubungan konseling.


Berikut ini adalah contoh alat evaluasi untuk menilai perilaku dan teknik empati calon konselor.
No    Aspek    Penilaian/Masukan
        Pengamat I    Pengamat II    Pembimbing    Ket.
I    PL. ATTENDING
1.    Ekspresi wajah
2.    Kontak mata
3.    Posisi tubuh
4.    Jarak duduk
5.    Posisi tangan
6.    Mendengarkan
7.    Perhatian                
II    EMPATI PRIMER
1.    Ekspresi perasaan masuk dunia dalam klien
2.    Santai-serius
3.    Ucapan kalimat empati               
III    AAE
1.    Ekspresi perasaan
2.    Santai-serius
3.    Ucapan kalimat AAE               
Table 9.3: Alat Evaluasi Latihan Empati

3.    Refleksi
Salah satu cara terbaik untuk membantu klien merasa bahwa Anda mendengarkan keluh kesah mereka dan memahami apa yang mereka sampaikan pada Anda adalah merefleksikan kembali kepada mereka isi dari hal-hal yang mereka bicarakan. Refleksi untuk bentuk-bentuk perasaan memiliki kegunaan yang berbeda. Ketika kita merefleksikan perasaan kita menunjukkan pada seseorang bahwa kita berempati terhadapnya dan memahami apa yang mereka rasakan. Menurut pendapat kami, refleksi untuk perasaan adalah salah satu keterampilan mikro yang paling bermanfaat ketika dipraktikkan dengan benar dan pada saat yang tepat selama proses konseling.
Refleksi perasaan serupa tetapi tak sama dengan parafrasa. Kemiripannya ada pada tindakan pe-refleksi-an informasi yang diberikan oleh klien kepada klien sendiri. Perbedaanya adalah bahwa refleksi perasaan merefleksikan kepada klien ekspresi-ekspresi emosionalnya sementara parafrasa merefleksikan kepada klien informasi -informasi dan pikiran-pikiran yang menggambarkan isi pembicaraam klien.
a.    Rasional
Refleksi adalah suatu jenis teknik konseling yang penting dalam hubungan konseling. Yaitu sebagai upaya untuk menangkap perasaan, pikiran, dan pengalaman klien kemudian merefleksikan kepada klien kembali. Hal ini harus dilakukan konselor sebab sering klien tidak menyadari akan perasaan, pikiran, dan pengalamannya yang mungkin menguntungkan atau merugikannya.
Jika dia menyadari akan perasaannya, maka klien mungkin akan segera mengubah perilakunya ke arah positif. Namun tidaklah mudah bagi seorang calon konselor untuk menangkap dan memahami perasaan dan pikiran serta pengalaman, lalu mengungkapkannya kembali kepada klien dengan bahasa calon konselor sendiri. Karena itu seorang calon konselor haruslah dilatih secara terus menerus dan bertahap mengenai keterampilan refleksi ini.
b.    Tujuan Latihan
Latihan refleksi bertujuan untuk memberikan kemampuan dan keterampilan kepada calon konselor agar dia dapat merefleksikan perasaan, pikiran, dan pengalaman klien melalui pengamatan perilaku verbal dan nonverbal.

c.    Materi
1)    Pengamatan bahasa lisan klien.
2)    Pengamatan perilaku nonverbal.
3)    Merefleksikan perasaan, pikiran, atau pengalaman klien dengan bahasa konselor yang dimulai:
-    “Nampaknya yang anda katakan adalah…”
-    “Barangkali anda merasa…”
-    “Hal itu rupanya seperti…”(paraphrase)
-    “Kelihatannya yang anda maksudkan adalah…”
-    “Nampaknya anda mengalami…”
Contoh 1 : (dalam dialog konseling).
Kl: “Saya takut masuk sekolah karena guru akan memarahi saya. Tapi jika saya tidak masuk sekolah pasti ayah saya akan marah besar.”
Ko: “Nampaknya anda sungguh merasa sangat tertekan saat ini.”
Contoh 2 :
Kl: “Guru itu sialan, saya membencinya, saya tidak akan mengerjakan PR-nya. Saya tidak akan mengerjakan bagaimanapun juga.”
Ko: “Tampaknya anda sungguh-sungguh marah”
Contoh 3 :
Kl: “ saya mau menyatakan harapan kepadanya. Tapi saya takut kalau cinta saya ditolak. Mau minta bantuan orang lain, saya merasa malu.”
Ko: “Nampaknya anda dalam keadaan bingung.”
Contoh 4 :
Kl: “Makin hari kehidupan kami makin sulit. Bahkan berita terakhir rumah kami akan digurus, sedangkan bapak saya jadi sakit-sakitan.”
Ko: “Tampaknya anda mengalami penderitaan yang amat hebat.”

d.     Prosedur Latihan
-    Pembimbing menuliskan beberapa ucapan klien dan calon konselor berusaha merespon dengn refleksi perasaan, pengalaman, dan ide (content).
-    Buat kelompok dua orang ditambah tiga pengamat. Seorang menjadi klien mengucapkan kalimat, dan calon konselor merespon dengan refleksi.
-    Para pengamat menilai perilaku refleksi calon konselor, dan selanjutnya diadakan diskusi kelas atau kelompok.

4.    Eksplorasi
a.     Rasional
Sering klien sulit untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan pengalamannya kepada konselor karena merasa malu, takut, segan, curiga, tertutup, dan berbagai gelaja lain. Perlu diingat bahwa faktor budaya sebagai bangsa bekas terjajah banyak anggota masyarakat yang kurang berani bicara terbuka untuk mengeluarkan isi hati dan perasaannya terhadap orang lain termasuk keluarga sendiri.
Disamping itu kepemimpinan yang otoriter dimasyarakat, keluarga dan sekolah membuat seseorang merasa takut dan malu jika akan menyatakan pendapat atau perasaan sendiri, apalagi terhadap penguasa.
Hubungan konseling seharusnya dapat mengatasi semua kendala di atas. Yaitu berupaya untuk membuat kliennya terbuka, merasa aman dan berpartisipasi di dalam dialog. Salah satu upaya konseling adalah menggunakan teknik eksplorasi yaitu upaya untuk membuat klien mengatakan semua perasaan, pikiran, dan pengalaman kepada konselor secara jujur.
Untuk menguasai teknik eksplorasi secara baik, maka para calon konselor harus diberikan latihan konseling mikro dalam teknik eksplorasi tersebut.
b.    Tujuan Latihan
Latihan konseling mikro eksplorasi bertujuan :
-    Agar calon konselor mampu menyusun kata atau kalimat yang dapat menggugah perasaan, pikiran, atau pengalaman kien, sehingga dia menjadi terbuka untuk menjelaskan secara rinci.
-    Agar calon konselor berlatih untuk membuat klien merasa aman, jujur, terbuka, untuk mendiskusikan tentang diri dan masalahnya.
c.    Tingkat Keberhasilan
Dikatakan bahwa seorang calon konselor berhasil dalam latihan mikro adalah manakala:
1)    Calon konselor mampu berkomunikasi dengan klien dengan menggunakan kata/kalimat yang dapat menggugah perasaan, pikiran, dan pengalamannya sehingga dengan jujur mengunkapkan dalam dan rinci.
2)    Agar calon konselor mampu membuat asa aman terhadap dii klien sehingga dia terbuka, jujur, dan berpartisipasi dalam konseling.
d.    Materi Latihan
1)    Latihan membuat kalimat-kalimat atau kata-kata yang mampu kiranya menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Misalnya dengan menggunakan kalimat-kalimat:
-    “Apakah yang anda rasakan saat ini?”
-    “Bisakah mengungkapkan perasaan kecewa anda secara rinci?”
-    “Bagaimana pengalaman pahit itu anda alami?”
-    “Dapatkan saudara mengungkapkan pendapatnya tentang hal itu?”
2)    Latihan membuat konselor agar merasa aman, jujur, dan terbuka. Yaitu dengan mengungkapkan pribadi yang jujur, terbuka, dan pelindung. Misalnya:
-    “Anda akan merasa aman di sini, karena saya akan memelihara rahasia pribadi anda.”,atau
-    “Saya percaya bahwa anda akan berkata jujur dan tulus tentang hal itu.”
e.    Prosedur Latihan
-    Bentuk kelompok berpasangan dan tiga pengamat. Pasangan adalah untuk bermain peran sebagai konselor dan klien.
-    Berikan materi yang akan dilatihkan yaitu berupa dialog singkat konselor dengan klien yang bernuansa perasaan, pikiran, atau Menangkap pengalaman.
-    Calon konselor dan klien mempraktekkan kalimat dialog tersebut, termasuk upaya untuk membuat perasaan aman klien.
-    Para pengamat mengadakan penilaian
-    Kemudian diadakan diskusi.

5.    Pesan Utama (Paraphrasing)
Tugas utama konselor adalah bersungguh-sungguh mendengarkan dengan sikap yang menunjukkan ketertarikan sehingga klien betul-betul yakin bahwa mereka didengar dan dipahami. Tetapi tentu saja memerhatikan klien dan menyesuaikan diri dengan perilaku non-verbalnya saja tidak akan cukup. Konselor juga harus merespon secara aktif,dan dengan melakukan ini ia kemudian dapat menarik detail - detail yang benar-benar penting dari hal-hal yang dikatakn oleh klien dan memperjelas detail-detail tersebut kepada klien. Cara yang paling umum dan paling efektif dalam merespons adalah menggunakan keterampilan yang dinamakan dengan memparafrasakan isi atau refleksi isi.
Ketika menggunakan keterampilan ini, konselor memparafrasakan atau merefleksikan kepada klien apa yang telah dikatakannya kepada konselor. Tetapi disini konselor bukan sekadar membeo atau mengulangi kata-kata yang telah diucapkan. Yang harus ia lakukan adalah mengambil detail-detail isi pembicaraan klien yang paling penting dan kemudian mengungkapkannya kembali dengan kata-kata konselor sendiri, buka menirukan kata -kata klien.
a.    Rasional
Sering terjadi klien sulit mengarahkan pembicaraan dan menekankan tentang pokok-pokok permasalahannya. Hal ini karna dia terlampau emosional atau memang kurang pengetahuan bagaimana memecahkan persoalan sendiri.
Untuk mengatasi hal ini perlu ada upaya konselor agar inti pembicaraan klien bisa ditangkap dan dibahasakan dengan sederhana serta mudah dimengerti oleh klien. Karena itu calon konselor perlu dilatih untuk menangkap pesan utama klien atau disebut juga teknik paraphrasing.
b.    Tujuan Latihan
-    Untuk dapat menangkap isi pesan utama yang disampaikan klien, konselor harus menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri yang sederhana dan mudah dipahami klien. Konselor berusaha untuk mengatakan kembali esensi ungkapan klien.
-    Untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor ada bersama dia dan berusaha memahami apa yang dikatakan klien.
-    Mengedepankan apa yang dikatakan klien dalam bentuk ringkasan. Konselor berusaha memahami apa yang dikatakan klien.
-    Memberi arah terhadap jalannya wawancara konseling.
-    Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
c.    Materi Latihan
Paraphrasing yang baik adalah menyatakan kembali pesan utama klien secarra sama dan dengan kalimat yang sederhana. Biasanya ditandai dengan awal kalimat apakah dan nampaknya.
Contoh :
-    “apakah yang anda katakan bahwa…”
-    “nampaknya yang anda katakan adalah…”
-    “jadi anda berpikiran bahwa…”
Berikut ini contoh dialog konselingnya :
Kl: “Biasanya dia selalu senang dengan saya, tiba-tiba sekarang memusuhi saya.”
Ko: “Apakah yang anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten terhadap anda?”
Dalam latihan konseling mikro seorang calon konselor berusaha membuat pernyataan yang baik. Karena itu dia seharusnya melakuan hal-hal berikut ini.
(a)    Dengan teliti mendengarkan pesan utama klien.
(b)    Nyatakan kembali kepda klien dengan ringkas, sederhana, dan bahasa yang mudah.
(c)    Amati apakah klien memberi respon yang tegas terhadap pernyataan anda.
d.    Tingkat Keberhasilan Latihan
Dikatakan bahwa latihan berhsil jika calon konselor dapat menggunakan paraphrasing yang baik setelah melalui tes tertulis maupun melalui pengamatan langsung pada hubungan konseling.
e.    Prosedur Latihan
Bagilah peserta ke dalam kelompok lima orang konselor-klien dan tiga pengamat.
-    Klien membuat pernyataan mengenai dirinya paling banyak hingga tiga kalimat.
-    Konselor menggunakan formula:
”apakah yang anda katakan bahwa…”
“nampaknya yang anda katakan adalah…”, atau
“jadi yang anda katakan adalah…”.
-    Pengamat bertugas mencatat dan memberi umpan balik bagi calon konselor, jdi bis juga membantu calon konselor membuat kalimat yang sesuai.
-    Pembimbing memberikan tangggapan jika masih kurang.
Tanggapan yang penuh pemahaman yang bersifat merefleksikan apa yang diungkapkan pengirim pesan menunjukan bahwa kita mempunyai insenti untuk memahamo pikiran dan perasaannya. Tanggapan yang secara ringkas kita sebut sebagai memahami ini tepat untuk kita gunakan paling idak dalam situasi – situasi berikut.
a.    Kita belum yakin bahwa kita blum memahami pikiran dan perasaan pengirim pesan.
b.    Kita  ingin meyakinkannyabahwa kita mendengar apa yang baru diungkapkannya.
c.    Kita ingin meyakinkannya bhwa kita sungguh-sungguh berusaha memahami pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya.

6.    Bertanya Membuka Percakapan
a.    Rasional
Jika seorang klien tak mampu menyatakan isi hati dan perasaanya. Maka konselor saatnya mengunakan pertanyaan terbuka  agar percakapan bisa dilakukan oleh klien. Namun tidak mudah membuat pertanyaan terbuka. Karena harus memulai dengan kata-kata yang membuka, bukan menutup seperti mengapa, apa sebab, kenapa dan sebagainya. kata awal yang mungkin membuka pertanyaan adalah apakah, adakah, bolehkah, bagaimana.

b.    Tujuan
Teknik pertanyaan untuk membuka percakapan bertujuan agar calon konselor terampil menggunakan pertanyaan yang memungkinkan munculnya pertanyaan –pertanyaan baru (open-ended question).
c.    Materi
Pertanyaan terbuka yang baik yaitu:
1)    Menolong untuk memulai bicara:
Contoh:
-    “Apa yang ingin anda kemukakan sekarang?”
-    “Bagaimana keadaan anda sesudah pertemuan kita terahir?”
2)    Membantu klien untuk mengelaborasikan(mengungkapkan) tentang dirinya. Contoh:
-    “Dapatkah anda mengucapkan lebih banyak lagi tentang hal itu kepada saya?”
-    “Bagaimana perasaan anda ketika hal itu terjadi?”
3)    Membantu klien untuk memberi contoh perilaku spesifik yang dapat difahami.
Contoh:
-    “Bagaimana perasaan anda tentang apa yang anda katakan kepada saya?”
-    “Bagaimana perasaaan anda selanjutnya?”
d.    Prosedur Latihan
-    Pelajari terlebih dahulu materi.
-    Buat pasangan-pasangan peserta dan pengamat.
-    Pasangan peserta yang memerankan konselor mempersiapkan materi percakapan yaitu:
1)    Pertanyaan terbuka:
2)    Pertanyaan tertutup:

7.    Dorongan Minimal
a.    Rasional
Klien sering tersendat dalam mengungkapkan emosinya. Hal ini di sebabkan rasa tertekan  yang kuat. Untuk memudahkan emosi itu keluar, maka teknik memberi dorongan minimal dapat dipergunakan oleh konselor.
b.    Tujuan Latihan
-    Agar calon konselor  berlatih mengunakan dorongan minimal dalam rangka mempelancar ucapan-ucapan klien.
-     Mengunakan teknik attending agar klien lebih mudah berbicara
c.    Materi
Yaitu mengunakan ungkapan-ungkapan seperti: oh….?, Dan…?, Lalu…? Terus…?, Wah…?, Dan sebagainya.
d.    Prosedur Latihan
-    Kelompokkan dua-dua para peserta, dan seorang pengamat.
-    Klien mengucapkan kalimat terputus dengan emosionalyang berat.
-    Konselor memberi dorongan minimal dan perilaku attending.
Contoh :
Kl: ”Saya…ti…dak sanggup menahan pend…deri..taan”.
Ko: ”Mmh…, teruskan….”

8.    Interprestasi
a.    Rasional
Untuk menentukan alternatif pilihan dalam mengambil keputusan, seorang klien sering kebingungan karena kurangnya rujukan atau referensi. Karena itu konselor yang professional harus menjadi rujukan klien.
Salah satu upaya untuk memudahkan klien merujuk kepada teori atau pemahaman yang ilmiah adalah dengan menggunakan teknik interpretasi. Yaitu konselor mengulas atau menafsirkan pemikiran.  dan pengalaman klien secara  objektif, ilmiah dan atas dasar teori-teori.
Tentu menginterpretasi itu tidak mudah terutama bagi konselor pemula, karena dibutuhkan landasan-landasan teoritis.
b.    Tujuan
Latihan konseling mikro teknik interprestasi bertujuan:
-    Agar calon konselor mampu mengulas pemikiran, perasaaan, dan pengalaman klien secara ilmiah (berlandas teori)
-    Agar calon konselor mampu menyusun kalimat-kalimat ulasan atau tafsiran yang ilmiah sehingga membangkitkan minat klien untuk membuat alternatife lain yang lebih objektif
c.    Taraf Kebehasilan Latihan
1)    Calon konselor mampu menyusun kalimat ulasan /tafsiran terhadap fikiran, perasaan, dan pengalaman klien secara ilmiah
2)    Calon konselor mampu mengembangkan ulasan/tafsirannya berlandasan teori-teori psikologi, konseling, budaya, sosiologi, administrasi, dan sebagainya.
d.    Materi
1)    Mengembangkan tafsiran dan ulasan yang berlandasan teori-teori seperti, bimbingan dan konseling, pendidikan, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
Contoh:
Analisis perkembangan pribadi klien berdasarkan pribadi klien berdasarkan  umur biologis, keadaan social-psikologis kluarga
klien dan keadaan proses belajar siswa di sekolah
Misalnya:
“Melanjutkan ke perguruan tinggi adalah cita-cita yang baik. Dan orang yang hanya tamat SLTP saja saat ini mungkin akan kalah bersaing dengan oranglain terutama di kota besar. Sekarang adalah masaindustrialisasi dimana keunguulan sumberdaya manusia amat penting. jadi sebaiknya kamu memikirkan jika kamu hanya bercita-cita hanya tamat SLTP saja”
2)    Melatih konselor untuk menyusun kalimat-kalimat mengenai interpretasi terhadap pernyataan klien yang mungkin amat perlu ditafsirkan.
e.    Prosedur Latihan
-    Buatlah pasangan-pasangan konselor-klien di tambah tiga pengamat.
-    Mengadakan latihan interprestasi dimana klien mengatakan seseutu dan calon konselor memberikan interprestasi(sebelumnya telah dibuat oleh pembimbing sebuah contoh dialog. kemudian para peserta  mencoba membuat contoh-contoh lain untuk di gunakan dalam latihan mikro)
-    Selesai latihan diadakan diskusi berdasarkan masukan dari para pengamat dan peerta lain.

9.    Mengarahkan
a.    Rasional
Adalah suatu keterampilan konseling yang mengatakan kepada klien agar dia berbuat sesuatu. Sering klien kurang mampu melakukan sesuatu tanpa petunjuk orang lain. Hal ini karena factor emosional. kurang konsentrasi, atau terlalu banyak ngawur sehingga menyimpang dari pokok pembicaraan.
Mengarahkan (directing) merupakan teknik konseling yang akan membuat klien terarah kepada tujuan konseling.
b.    Tujuan Latihan
-    Melatih calon konselor agar mengajak/mangarahkan klien dengan sikap attending untuk mampu berbuat sesuatu
-    Agar calon konselor mampu menyusun kalimat-kalimat yang bernada mengajakatau mengarahkan dengan halus sehingga klien terasa tersugesti untuk berbuat sesuai arahan konselor itu.


c.    Materi
1)    Latihan sikap attending sambil mengajak
Contoh:
-    “Dapatkah saudara bersikap lebih jelas dan terarah dalam tugas sekolah yang sedang anda lalui?”
-    “Bagaimana kongritnya sikap tak bersahabat yang anda alami dengan dia?”
-    “Apakah saudara tahu apa ang anda inginkan dengan pembicaraan ini?”
2)    Latihan menyusun kalimat mengarahkan. Dapat dalam bentuk bertanya seperti: dapatkah anda…., atau dalam bentuk peryataan seperti barang kali saudara dapat…, dan sebagainya.
e.    Prosedur Latihan
-    Buat pasangan–pasangan peserta yang terdiri dari konselor dank lien untuk bermain peran dalam proses konseling. Tambahkan dengan tiga pengamat.
-    Adakan latihan diaolog konseling dengan materi yang telah disediakan oleh pembimbing atau di susun sendiri oleh peserta.
-    Setelah latihan adakan diskusi dan penilaian setelah banyak masukan dari pengamat dan peserta lain.

10.    Menyimpulkan Sementara
a.    Rasional
Dalam suatu diskusi dengan klien sering banyak butiran yang muncul. Sehingga kadang-kadang menyulitkan klien untuk menarik makna dari sana. Karena itu konselor harus mampu membuat kesimpulan sementara bersama klien agar mempertajam masalah, meningkatkan kualitas, maju ketaraf selanjutnya kearah tujuan, menyimpulkan hal-hal yang dibicarakan, dan klien memperoleh kilas balik dari hasil pembicaraan sehingga dia tahu bahwa konseling makin maju.
b.    Tujuan
-    Agar calon konselor terlatih membuat kesimpulan-kesimpulan dalam suatu diskusi dengan melibatjan klien
-    Agar calon konselor mampu menyusun kalimat ajakan terhagap klien untu membuat kesimpulan sementara dari hasil diskusi.
c.    Materi
1)    Latihan membuat kesimpulan dari suatu percakapan. Contoh pembimbing memberikan sebuah dialog dan calon konselor menyimpulkannya.
2)    Latihan menyusun kalimat ajakan untuk menyimpulkan pembicaraan.
Contoh:
-    “Setelah lebih dari lima belas menit kita berdiskusi, adakah hal-hal yang mungkin dapat anda simpulkan?”
-    “Sampai disini kesimpulan yang bisa kita ambil adalah…”
d.    Prosedur Latihan
-    Buatlah pasangan-pasangan peserta untu berlatih bermain peran dalam teknik menyimpulkan sementara. Pembimbing memberikan materi latihan atau hasil susunan para peserta untuk dimainkan.
-    Setelah terjadi permainan peran dialog konseling dengan teknik menyimpulkan, maka diadakan diskusi dan penilaian dengan pertimbangan bahan masukan dari pengamat dan peserta.

BAB III
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
    Dalam kenyataan, mendengarkan dan menanggapi pesan orang lain juga menjadi tidak mudah sebab dengan atau tanpa kita sadari selalu akan muncul intensi-intensi atau sikap-sikap tertentu selama kita menjalankan tuga tersebut. Dintara intensi-intensi itu ada yang berakibat merugikan atau menghambat proses komunikasi maupun proses konseling. Oleh karena itu, kita sebagai calon konselor harus menguasai intensi-intensi penting tersebut melalui latihan. Karena tanpa adanya latihan yang rutin, kita tidak akan mampu menguasai berbagai teknik serta pengaplikasiannya.
Melalui teknik microcounseling atau microtraining, konselor mampu menguasai berbagai teori melalui berbagai tahapan-tahapan dalam dalam praktik manual dan prosedur microtraining tersebut.

B.    Kritik dan Saran
    Ketika proses konseling, setiap konselor mempunyai karakter dan keunikan masing-masing dalam pemberian bantuan terhadap klien, misalnya ketika memparafrase dan memahami seperti apa kasus yang dihadapi klien. Oleh karena itu harus diingat bahwa tiap-tiap konselor melakukan parafrasa dengan cara mereka sendiri yang khas dan berbeda-beda.
Dua orang konselor yang mendengarkan pernyataan klien yang sama tidak selalu mengambil detail isi yang sama untuk parafrasanya. Kata-kata yang mereka gunakan adalah kata-kata dengan karakteristik mereka sendiri, maka mereka tidak akan mengekspresikan diri mereka dengan cara yang sama persis, oleh Karena itu konselor dituntut untuk profesional ketika menghadapi permasalahan klien yang berbeda-beda dalam waktu yang bersamaan.


DAFTAR PUSTAKA

Geldard, Kathryn dan David Geldard. 2011. Keterampilan Praktik Koseling. Pendekatan Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Willis, Sofyan S. 2014. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Komalasari, Gantina, Eka Wahyuni dan Karsib. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.
Supraktiknya, A. 1995. Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: PT Kanisius.

Comments

Popular posts from this blog

BAB 3 PONDOK PESANTREN DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

  BAB 3 PONDOK PESANTREN DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA Materi

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1    Latar Belakang Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw hingga sekarang sudah memasuki abad ke-15.Sepanjang waktu tersebut umat Islam menganut ajaran dan mengembangkannya hingga melahirkan kebudayaan Islam.kebudayaan Islam pada zaman klasik mencapai puncak kejayaan, memasuki zaman pertengahan kebudayaan Islam melemah drastis. Memasuki zaman modern kebudayaan Islam sedikit demi sedikit mengalami perkembangan. Bagi mahasiswa calon guru agama perlu mengetahui perkembangan kebudayaan Islam.Agar dapat menyadari bahwa maju mundurnya kebudayaan Islam terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu mempelajari Islam dari aspek kebudayaannya akan menjadi bekal bagi guru, karena disekolah dan madrasah terdapat mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 1.2    Tujuan Adapun tujuan penulis membuat makalah ini: 1.        Sebagai acuan dalam proses belajar mengajar. 2.        Untuk memenuhi pembuatan tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam dan